Rabu, 29 Februari 2012

Senin, 27 Februari 2012

Cara Membuat Kartu Nama Di Corel Draw


Assalamualaikum WR.WB

Buka terlebih dahulu corel draw. Lalu mengklik file dan tekan new. Lalu setelah itu kita mengklik rectangle tool dan membuat pola gambar di tengah dan beri warna. Lalu kita klik file dan import dan terserah mau memilih gambar apa saja dan taro di dalam rectangle tool yang sudah kita buat tadi. Lalu kita klik text tool dan menulis biodata kita. Lalu untuk meratakan tulisan klik horizontal alignment setelah itu klik center. Lalu jika kalian mau transparat kalian bisa klik interactive transparency tool. Lalu jika sudah selesai semua kalian bisa menyimpan / ngesave klik file lalu export lalu masukan nama nya pada kolom yang tersedia dan pilih type nya JPG-JPEG bitmaps dan klik export lalu klik ok.

Wassalamualaikum WR.WB

Minggu, 26 Februari 2012

Tekun

 Assalamualaikum WR.WB

1. Definisi? Tekun melakukan semua pekerjaan dengan rajin, teliti, sabar, hati-hati, dan sungguh-sungguh.
2. Mengapa Harus Tekun? Karena Tekun bisa membuat kita tambah rajin dn juga sabar....
3. Manfaat Tekun? bisa tambah rajin, pinter, dan sabar...
4. Ayat Tentang Tekun? Bekerja lah kamu, karena itu adalah bagian dari Tekun...........
5. Contoh perilaku Tekun? Teliti Dalam mengerjakan soal, Rajin dalam belajar, dan juga harus bersungguh-sungguh.

Wassalamualaikum WR.WB

Jumat, 17 Februari 2012

Cara Mengaplikasikan Corel Draw


     Assalamualaikum WR.WB


Terlebih Dahulu Klik File lalu New supaya ada kotak gambar nya.

1. Klik File, import, pilih gambar yang kita mau,lalu klik import yang ada di bawah.
2. Kik File, lalu klik save, lalu simpan di mana saja mau di data atau di document atau dll, lalu klik save yang ada di bawah.
3. A.Klik ellipse tool, lalu buat gambar nya, lalu klik pick tool dan di putar, lalu klik pickman nya dan beri warna, lalu bikin buletan lagi di dalam pickman nya, lalu di warnai.
B.Klik Polygon Tool, lalu buat gambar nya, lalu klik titik yang kecil lalu di putar terserah kita mau nya jadi gambar apa, lalu warnai.




Selasa, 14 Februari 2012

Pendapat Saya Selama Bersekolah Di SMPI Mentari Indonesia



     Assalamualaikum WR.WB


Saya Senang bersekolah di SMPI Mentari Indonesia. Karena Teman nya baik-baik dan juga guru nya baik-baik.
Pelajaran nya juga tidak terlalu sulit sekali.........
Walaupun saya baru sekolah di SMPI Mentari Indonesia tapi sayang sudah cukup nyaman di situ........
Di SMPI Mentari Indonesia juga menggunakan laptop, jadi jika ada pelajaran yang tidak tau kita bisa serch di internet.
Yang bikin saya senang disana karena teman nya yang lucu-lucu.
Di sekolah ku juga ada Garden School, di situ ada kantin, saung, dan ada juga beberapa kelas.
Di sekolah ku juga ada banyak acara dan acara itu seru-seru......

Ini aja yah teman yang bisa aku sampai kan selama aku bersekolah di SMPI Mentar Indonesia.....karena aku juga masih baru.....hehehehehe

    Wassalamualaikum WR.WB 


Komentar Saya Tentang Kematian Whitney Housten

     Assalamualaikum WR.WB


Yang Whitney Housten lakukan itu  tidak bermanfaat, Seharusnya Whitney Housten bersyukur apa yang Allah berikan padanya. Apalagi dia Meninggal karena narkoba padahal narkoba itu dilarang oleh Allah. Makanya kita tidak boleh memakai narkoba. Narkoba itu hanya membuat kita rugi dan akan membahayakan kita dan orang lain.......

    Wassalamualaikum WR.WB 

Senin, 13 Februari 2012

Isi Sumpah Palapa


     Assalamualaikum WR.WB

Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, TaƱjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.


    Wassalamualaikum WR.WB

Isi Sumpah Palapa


           Assalamualaikum WR.WB


Hanya dengan kekuatan Ketuhanan Yang Maha Esa yang bersemayam pada manusia-manusia Indonesia yang mengerti, Indonesia akan terhindar dari calon giliran sasaran tembak kekuatan-kekuatan asing yang berbahaya. Dalam rangka mencari pencerahan inilah kita perlu merenung melalui naskah-naskah kuno yang mampu menjadi perekat atau semen bagi bangsa-bangsa di Nusantara.

Di jaman Majapahit perekat bangsa-bangsa di Nusantara sudah ada, yaitu berupa Sumpah Palapa, sebuah sumpah yang diucapkan oleh Gajah Mada ketika ia mendapatkan kehormatan di wisuda menjadi Patih Amangkubhumi, tahun 1336 Masehi. Sumpah Palapa intinya adalah mengusahakan kesatuan dan persatuan Nusantara. Bahasa sekarang : Negara Kesatuan Republik Indonesia / NKRI.


2. Pararaton dan Negarakretagama

Sebagai Perekat NKRI, terdapat kitab Pararaton –ditulis dalam tahun 1613M (Padmapuspita, 1966 : 91)-- dan Negarakretagama –ditulis dalam tahun 1365 M ke posisi sentral yang terhormat dan mulia, sebab naskah Pararaton menyebut di dalamnya Sumpah Palapa yang terkenal itu, sedangkan Negarakretagama memuat wilayah negeri yang masuk dalam kekuasaan dan wibawa Majapahit.

Sumpah Palapa yang dicanangkan oleh Gajah Mada dilakukan ketika Gajah Mada dilantik sebagai Patih Amangkubhumi kerajaan besar Majapahit, pada tahun Saka 1258, atau tahun Masehai 1336.

Jadi pentingnya Pararaton dibicarakan di sini, karena ia memuat Sumpah Palapa. Sedang pentingnya Sumpah Palapa karena di dalamnya terdapat pernyataan suci yang diucapkan oleh Gajah Mada yang berisi ungkapan “lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa” (kalau telah menguasai Nusantara, saya melepaskan puasa/ tirakatnya).

II. MAKNA SUMPAH PALAPA

1. Bunyi Sumpah Palapa

Naskah Nusantara yang mendukung cita-cita tersebut di atas adalah Serat Pararaton.Kitab tersebut mempunyai peran yang strategis, karena di dalamnya terdapat teks Sumpah Palapa. Kata sumpah itu sendiri tidak terdapat di dalam kitab Pararaton, hanya secara tradisional dan konvensional para ahli Jawa Kuna menyebutnya sebagai Sumpah Palapa. Bunyi selengkapnya teks Sumpah Palapa menurut Pararaton edisi Brandes (1897 : 36) adalah sebagai berikut :

Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada : “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahannya adalah :

Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa (nya). Beliau Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru) melepaskan puasa, jika (berhasil) mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru) melepaskan puasa (saya)”.

2. Pemahaman Intertekstual

Kalau kita membaca kutipan Serat Pararaton sebagaimana tersebut di atas, timbul pertanyaan : “Kalau begitu, apakah wilayah-wilayah yang dipersatukan oleh Sumpah Palapa Gajah Mada hanya meliputi sepuluh negeri ?” Tidak sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Namun kalau kita menggunakan metode intertekstual, yaitu dengan bantuan menggunakan kitab Nagarakretagama sebagai penunjang, maka kita akan tahu wilayah-wilayah mana yang sesungguhnya berada di dalam naungan Majapahit.

Pupuh XIII, XIV, dan XV dari kitab Nagarakretagama menginformasikan secara terperinci wilayah-wilayah yang menjadi negara bawahan Majapahit, yaitu meliputi :

Kawasan Melayu : Jambi, Palembang, Toba dan Darmasraya, Kandis, Kahwa, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar, Pane, Kampe, Haru, Mandailing, Temihang, Perlak, Padang, Lwas, Samodra, Lamuri, Batan, Lampung, Barus.

Kawasan Kalimantan meliputi : Tanjung negara, Kapuas-Katingan, Sampit, Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landa Samadang, Tirem, Sedu, Barune (ng), Kalka, Saludung, Solot, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjung Kutei, Malano, Tanjung Pura.

Kawasan Hujung Medini meliputi : Pahang, Langkasuka, Saimwang, Kelantan, Trengganu, Johor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik, Kelang, Kedah, Jerai, Kanjapiniran.

Kawasan Timur Jawa meliputi : Bali, Badahulu, Lo Gajah, Gurun, Sukun, Taliwang, Pulau Sapi, Dompo, Sang Hyang Api, Bima, Seran, Hutan Kendali, Pulau Gurun (Lombok Merah), Sasak, Bantayan (Kota Luwuk), Udamakatraya, dan pulau-pulau lainnya.

Kawasan Timur lainnya meliputi: Makasar, Buton, Banggawi, Kunir, Galian, Selayar, Sumba, Solot, Muar, Wanda (n), Ambon, Maluku, Wanin, Seran, Timor, dan beberapa pulau-pulau lainnya.

Catatan :
Tentang pulau Madura, tidak dipandang negara asing, karena sejak dahulu dengan Jawa menjadi satu. Konon tahun Saka lautan menantang bumi, itu saat Jawa dan Madura terpisah meskipun tidak sangat jauh.

Di samping itu, Nagarakretagama menginformasikan pula persahabatan Majapahit dengan Siam, Ayudyapura, Darma nagari, Marutma, Rajapura, Singanagari, Campa, Kamboja dan Yawana (Pupuh XV, bait 1).

3. Kajian Komunikatif

Sebuah ungkapan apalagi sebuah sumpah kalau dikaji benar-benar menawarkan bentuk, isi, nilai, ideologi, dan enerji. Dari sisi bentuk Sumpah Palapa adalah prosa. Sedangkan isinya mengandung pernyataan suci kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diucapkan oleh Gajah Mada di hadapan ratu Majapahit Tribuwana Tunggadewi dengan disaksikan oleh para menteri dan pejabat-pejabat lainnya, yang substansinya Gajah Mada baru mau melepaskan (menghentikan) puasanya apabila telah terkuasai Nusantara. Sayangnya tidak diterangkan di dalam teks tersebut tentang jenis puasa dan berapa lama pelaksanaan puasanya itu.

Dari sisi nilai Sumpah Palapa mengandung pelbagai nilai : nilai kesatuan dan persatuan wilayah Nusantara, nilai historis, nilai keberanian, nilai percaya diri, nilai rasa memiliki kerajaan Majapahit yang besar dan ber-wibawa, nilai geopolitik, nilai sosial budaya, nilai filsafat, dsb.

Dari sisi ideologi, Sumpah Palapa yang juga dikenal sebagai Sumpah Gajah Mada atauSumpah Nusantara , Sumpah Palapa memiliki ideologi kebineka tunggal ikaan, artinya menuju pada ketunggalan keyakinan, ketunggalan ide, ketunggalan senasib dan sepenanggungan, dan ketunggalan ideologi akan tetapi tetap diberi ruang gerak kemerdekaan budaya bagi wilayah-wilayah negeri se Nusantara dalam mengembangkan kebahagiaan dan kesejahteraannya masing-masing.

Dari sisi enerji Sumpah Palapa dianugerahi enerji Ketuhanan Yang Maha Dasyat karena tanpa enerji tersebut tak mungkin Gajah Mada berani mencanangkan sumpah tersebut.

Sumpah Palapa akan menjadi sangat menarik lagi apabila dikaji dengan pendekatan komunikasi. Pertanyaan-pertanyaan seperti : Kepada siapa Sumpah Palapa diucapkan, dalam lingkungan apa (situasi, kondisi, iklim, dan suasana) Sumpah Palapa dicanangkan, dengan sasaran apa dan siapa Sumpah Palapa dideklarasikan, mengapa atau apa perlunya Gajah Mada mengumumkan Sumpah Palapa, dan manfaat apa yang mau dicapai adalah pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab secara seksama.

Betapapun Sumpah Gajah Mada itu kontekstual. Tidak semua pertanyaan-pertanyaan tersebut akan di jawab di sini, namun pertanyaan manfaat apa yang mau dicapai, kiranya perlu dijawab sekarang dengan lebih cermat.

Menurut pemahaman saya Gajah Mada mempunyai kesadaran penuh tentang kenegaraan dan batas-batas wilayah kerajaan Majapahit, mengingat Nusantara berada sebagai negara kepulauan yang diapit oleh dua samudra besar yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, di samping diapit-apit oleh lautan Cina Selatan dan Lautan Indonesia (Segoro Kidul). Dari kesadaran yang tinggi terhadap keberadaan Nusantara, Gajah Mada meletakkan dasar-dasar negara yang kokoh, sebagaimana terungkap dalam perundang-undangan Majapahit.

Uraian singkat tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran bahwa kerajaan Majapahit khususnya ketika berada dalam penguasaan Gajah Mada telah berorientasi jauh ke depan, kalau istilah sekarang mempersiapkan diri sebagai negara yang modern, kuat, dan tangguh.

4. Wilayah Nusantara Raya

Yang menarik dipertanyakan adalah bagaimana cara menafsirkan wilayah-wilayah negeri yang disebut dalam Serat Pararaton dan Nagarakretagama. Pertanyaan ini muncul karena wilayah-wilayah yang disebut oleh Sumpah Palapa (dalam Serat Pararaton) hanya berjumlah 10 (sepuluh) sedangkan yang disebut dalam Nagarakretagama sangat banyak sampai berjumlah 90 (terdiri dari Kawasan Melayu : 23, Kawasan Kalimantan : 22, Kawasan Hujung Medini : 14, Kawasan Timur Jawa : 16, dan Kawasan Timur lainnya : 15 ; ini belum termasuk Kawasan yang terdiri dari pulau-pulau lainnya).

Ada dua negeri, yaitu Gurun dan Sunda, disebut dalam Serat Pararaton tetapi tidak disebut di dalam Nagarakretagama yang memuat 90 wilayah negeri itu. Sebaliknya banyak wilayah-wilayah negeri yang disebut di dalam Nagarakretagama yang berjumlah 90 negeri itu, tetapi tidak disebut di dalam Sumpah Palapa. Bagaimana menafsirkan kenyataan teks ini ?

Serat Pararaton ditulis sesudah Nagarakretagama, yaitu tahun 1613 M. dalam arti semua wilayah Nusantara telah berada di dalam naungan dan wibawa Majapahit, namun tinggal hanya 10 (sepuluh) wilayah negeri saja yang belum masuk ke dalam naungan dan wibawa Majapahit. Kalau begitu mungkinkah dapat diatafsirkan bahwa wilayah negeri yang 10 (sepuluh) itu, merupakan negeri-negeri yang masih harus dipersatukan ke dalam Nusantara raya ? Artinya ke semua wilayah negeri sudah masuk ke dalam Nusantara sedang wilayah negeri yang berjumlah 10 (sepuluh) itu memang perlu dinyatakan secara eksplisit dalam Sumpah Palapa, sebagai wilayah negeri yang masih harus diperjuangkan supaya masuk ke Nusantara di bawah naungan dan wibawa Majapahit.

Dari sini dapat ditafsirkan bahwa masyarakat pembaca sudah mengetahui wilayah-wilayah negeri Nusantara, namun bagi Gajah Mada belum puas rasanya kalau ke 10 (sepuluh) negeri tersebut belum masuk secara integratif ke dalam wilayah Nusantara Raya, oleh sebab itu Gajah Mada perlu meng- eksplisitkan ke 10 (sepuluh) wilayah negeri tersebut ke dalam sumpahnya yang terkenal itu. Dengan kata lain terjadinya Sumpah Palapa disebabkan karena ke 10 (sepuluh) wilayah negeri tersebut dipandang masih belum sepenuhnya masuk berintegrasi ke dalam wilayah kawasan Nusantara Raya.
Tafsir lain adalah bahwa wilayah-wilayah negeri seperti Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik adalah sekedar contoh saja (sample) dalam Sumpah Palapa untuk mewakili wilayah negeri Nusanatara. Tidak seluruh wilayah negeri Nusantara disebut, mengingat terlampau banyak, sehingga terlampau panjang kalau diformat ke dalam sebuah sumpah seperti Palapa.

Dari keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ketika Sumpah Palapa dicanangkan oleh Patih Gajah Mada ketika itu, Majaphit telah memiliki wilayah negeri Nusantara yang luas, yaitu berjumlah 90 negeri, akan tetapi tinggal 10 (sepuluh) wilayah negeri yang belum masuk ke dalam naungan wibawa Majapahit. Oleh sebab itu wajar apabila Patih Amangkubhumi Gajah Mada mendeklarasikan Sumpah Palapa-nya yang intinya ia tidak akan berbuka puasa, apabila ke 10 (sepuluh) wilayah negeri tersebut belum masuk secara integratif ke dalam Nusantara Raya.

Jangan dikira bahwa ketika Sumpah Palapa di canangkan tidak ada tantangan dari orang-orang sekitarnya. Perhatikan kalimat berikutnya, seperti dikutib dari teks Serat Pararaton:

Sira sang mantri samalungguh ring panangkilan pepek. Sira Kembar apameleh, ring sira Gajah mada, anuli ingumanuman, sira Banyak kang amuluhi milu apameleh, sira Jabung Terewes, sira Lembu Peteng gumuyu. Tumurun sira Gajah mada matur ing talampakan bhatara ring Koripan, runtik sira katadahan kabuluhan denira arya Tadah. Akweh dosanira Kembar, sira Warak ingilangaken, tan ucapen sira Kembar, sami mati.

            Wassalamualaikum WR.WB

Jumat, 10 Februari 2012

Cerita anak KKPK (Kecil-kecil punya karya)


     Assalamualaikum WR.WB

                                                                  Mukena Untuk Bunda


Dua hari lagi,lebaran akan datang. Mila menghitung kembali uang nya. Dia berniat, besok akan membeli mukena untuk Bunda.
“Enam puluh sembilan ribu...tujuh puluh ribu ...yeee...suddah paas!”Teriak Mila Bertertiak. Mila bersorak senang.Dia berjalan menuju kamar Kak Winda.Mila ingin menceritakan tentang rencananya, membeli mukena untuk Bunda.
“Assalamualaikum, Kak! Sedang ngapain?” tanya Mila, sambil duduk di kasur Kak Winda.
“Eh...kamu itu kalau masuk jangan langsung nyelonong, dong!”mtegur Kak Winda.
“Eh, maaf, Kak,”Kata Mila.
“Kamu mau ngapain? Tumben kesini?” Kata Kak Winda kasar.\
“Eh...enggak,kak.Aku Cuma mau cerita, kalau besok aku mau bli mukena buat Bunda.Kakak mau ikut?” Tanya Mila.
“Uuuh...malesss...ngapain aku ikut kamu? Besok pasti panas banget. Huh, enggak usah, deh! Emang nya kamu punya uang?” Kata Kak Winda.
“Aku punya, kok.Ada tujuh puluh ribu,”Kata Mila.
“Dapat dari mana kamu, uang sebanyak itu? Nyolong uang kakak, ya?”Kata Kak Winda menuduh.
“Enggak, kok.Aku,kan, menabung tiap hari. Jadi uang nya banyak,” Jawab Mila.
“Oh...besok...kalau beli mukena, beli yang murahan saja! Pasti bagus buat Bunda,”Kata Kak Winda pedas.
“Astagfirullah, kak...! Durhaka itu nama nya!” Kata Mila menasihati Kak Winda.
“Kamu itu! Kakak lebih tahu, mana yang baik, dan mana yang buruk!” Kata Kak Winda, sok tahu.
“Ya, sudah. Yang penting, aku sudah memperingatkan kakak,” Kata Mila, sambil menuju ke kamar nya.

Keesokan harinya....................................
“Ayo,kak,berangkat!” Kata Mila, mengajak Kak Annisa.
“Iya,Mila, sebentar lagi kakak siap,” Jawab Kak Annisa. Setelah Kak Annisa siap, mereka berangkat bersama-sama.
Di jalan, Mila melihat beberapa toko mukena.Dia berniat akan membeli mukena di toko itu, setelah pulang sekolah.
“Daaah! Kak.....Mila sekolah dulu, ya!” Kata Mila, di depan gerbang sekolah nya.
Di sekolah, Mila menjalani hari nya seperti biasa. Ada Cika yang cerewet, Gita yang imut, Deny yang tampan, dan Dewi yang cantik. Mila sangat senang memiliki tgeman seperti mereka di kelas nya.
Saat pulang sekolah, Mila tidak langsung pulang. Dia hampir dulu ke toko mukena.
“Assalamualaikum, Pak......Saya mau beli mukena,” Kata Mila.
“Oh...ya, silahkan. Mau pilih yang mana?” Tanya Bapak itu, sambil mengeluarkan mukena dari dalam lemari kaca.
“Hmmmm.....yang warna putih ini berapa?” Tanya Mila.
“Oh...yang ini delapan puluh ribu rupiah,” Kata Bapak itu.
Mahalnya..., Kata Mila dalam hati.
“Atau yang ini, Dik.....harganya lima puluh ribu.”
“Wah...yang ini saja, Pak. Sya mau beli ini!” Seru Mila.
“Kembalian nya dua puluh ribu. Mau beli sejadah nya sekalian, enggak? Kebetulan, ada yang harganya dua puluh ribu rupiah,” Kata Bapak itu menawarkan.
“Hmmm.....ya, sudah, sekalian saja,” Kata Mila.
“Ya...ini barang nya.....”
“Makasih, Pak!” Kata Mila.
Mila pulang ke rumah. Dia menenteng mukena dan sejadah untuk Bunda. Sesampainya di rumah, Mila segera mencari Bunda.
“Bunda.....Mila pulang! Bunda dimana?”Tanya Mila.
“Bunda disini, Nak.....baru bikinin kamu baju,” Kata Bunda.
Mila punya hadiah buat Bunda,” Kata Mila.
“Apa? Bunda pingin tahu,” Kata Bunda.
“Tapi ada syarat nya.?”
“Apa? Beliin bakpao?” Kata Bunda bercanda.
“Ya, enggak, lah. Aku pingin....Bunda cium aku....” Kata Mila.
Oh...kirain apa. Ya, sudah, sini Bunda cium pipi kamu yang gembil itu,”Kata Bunda.
“Yeee......sekarang aku mau kasih hadiah nya buat Bunda.”Kata Mila, setelah di cium Bunda.
“Ini untuk Bunda? Makasih, ya, Mila,”Kata Bunda, sambil menerima hadiah dari Mila.
“Iya, Bunda, sama-sama. Besok waktu sholat ID, Bunda pake mukena ini, ya.....,”Kata Mila memohon.
“Iya, sayang.....Bunda akan memakai mukena ini,”Kata Bunda, sambil memeluk mukena barunya.
Malam hari nya, kampung Mila mengadakan takbiran. Mila dan kakak-kakaknya, tentu saja ikut memeriahkan.
“Allahu akbar.....allahu akbar.....allahu akbar.Laa ilaaha illahuallahhuakbar....allahu akbar walillahilhamd,”Ucap mereka semua kompak.
Keesokan hari nya, Bunda, Mila, Kak Annisa, Dan Kak Winda bersiap-siap shalat ID. Mereka berjalan menuju lapangan. Biasanya, mereka shalat ID di lapangan itu. Mereka mengenakan baju baru. Bunda membawa mukena baru nya. Mila senag sekali, bisa melihat Bunda memakai mukena baru nya.
Usai shalat ID, mereka pulang ke rumah. Mereka akan mengadakan acara sungkeman.
“Bunda, maafin Wida, ya....sebenernya, Winda sudah lama mau minta maaf. Tapi Winda malu. Winda harus nungguin lebaran dulu untuk meminta maaf. Sekali lagi, maafin Winda, ya, Bunda.....,”Kata Kak Winda, sambil meneteskan air mata.
“Iya, Winda. Bunda maafin kamu. Bunda juga minta maaf, ya,”Sahut Bunda ikut terharu.
“Iya, Bunda.....,”Kata Kak Winda.
Setelah Kak Winda meminta maaf, giliran Kak Annisa.
“Bunda, maafin Nisa, ya. Annisa sering buat Bunda marah. Sekali lagi, maafin Annisa, ya, Bunda,”Kata Kak Annisa.
“Bunda, maafin Mila juga, ya.....maaf, kalau Bunda enngak suka mukena, sama sejadahnya,”Kata Mila meminta maaf.
“Enggak, kok. Bunda suka mukena nya. Makasih, ya, Mila.....,”Jawab Bunda.
Pagi itu, Mentari tersenyum melihat mereka. Mereka sangat gembira. Kak Winda sudah menjadi baik. Mereka baik. Mereka menjadi keluarga yang bahagia.

     Wassalamualaikum WR.WB